Connect with us

Bontang

Buntut Demonstrasi Mahasiswa Unijaya, Dosen Buka Suara Honor Nunggak 2 Tahun

Published

on

BEKESAH.co – Buntut dari persoalan demonstrasi yang tejadi beberapa waktu lalu, dosen Universitas Turnajaya akhirnya ikut buka suara.

Pihaknya mengakui bahwa kejadian tersebut murni diinisiasi oleh mahasiswa, yakni Badan Eksekutif Mahasiswa yang secara legal menaungi kepentingan hak-hak dari mahasiswa.

Pihaknya menyadari, salah satu yang menjadi pemicu demo tersebut, sebab dosen tidak mengeluarkan kartu hasil studi (KHS) mahasiswa.

Hal itu dilatarbelakangi, sebagai bentuk protes dosen, karena pihaknya belum menerima haknya yaitu honor atau gaji, sedangkan kewajibannya sebagai pengajar tetap berjalan. Diketahui, yayasan sudah menunggak dua tahun lamanya, terhitung 2019 lalu. Nilainya pun tidak sedikit, capai Rp 1,5 miliar.

Advertisement

Atas dasar itu, beberapa dosen Unijaya menyepakati dan menulis sebuah petisi yang berisi, meminta pihak yayasan untuk transparansi dan memperbaiki tata kelola kampus.

Sejauh ini, pihaknya menilai akibat ketidakbenaran tata kelola dan tidak dibayarnya hak para dosen berdampak pada terhambatnya pelaksanaan tridarma perguruan tinggi. Tidak hanya itu, hak mahasiswa pun terhambat.

Padahal, terhitung sejak 5 Juni 2021 pihaknya sudah meminta kepada Yayasan Pendidikan Miliana untuk menandatangani kesepatakan dengan perwakilan dosen. Salah satu isi perjanjiannya adalah, yayasan melunasi honor dosen selambat-lambatnya 30 September 2021.

“Sampai detik ini, honor kami belum juga dilunasi,” ucap Juru Bicara Dosen Unijaya, Lilik Rukitasari saat gelar Konferensi pers yang dihelat di Pendopo Rumah Jabatan Wali Kota Bontang, Jumat (1/10/2021).

Advertisement

Tidak hanya itu, 27 dari 51 dosen di universitas yang terletak di Jalan Taekwondo itu mengecam oknum dosen yang diduga telah melakukan tindakan arogansi kepada mahasiswa yang sedang melakukan aksi pada 28 September lalu.

Pihaknya meminta agar dosen yang menjabat sebagai dekan fakultas ekonomi itu, yakni HV dapat diberhentikan atau dikeluarkan dari jabatannya ataupun statusnya sebagai dosen.

Baca Juga  Rustam Minta Pemkot Anggarkan Insentif Nakes di APBD-Perubahan

“Kami juga menyayangkan sikap rektor dan pengurus/pembina yang berada di lokasi seolah-olah melakukan pembiaran,” terangnya.

Sementara dikonfirmasi terpisah, Pembina Yayasan Miliana Unijaya, Chelly Amalia mengungkapkan, dirinya dan pihak yayasan sedang melakukan upaya untuk bisa bertanggungjawab atas konflik yang terjadi, khususnya pembayaran honor bagi para dosen.

Advertisement

Ia tidak menyoal jika ada beberapa dosen yang mengeluarkan petisi menagih haknya. Chelly menilai bagaimana pun dosen adalah aset bagi pihaknya.

“Yayasan memang salah, tapi pasti kami akan bertanggungjawab,” ungkapnya saat ditemui Bekesah.co di Kampus Unijaya.

Lagi pula, kata Chelly, sebagian honor dosen sudah dibayar secara berangsur. Semua butuh proses, sebab yayasan yang dibinanya itu merupakan milik keluarga yang sifatnya swasta. Sehingga tidak ada bantuan dari pemerintah. Saat ini pendapatan yang mereka andalkan adalah pembayaran spp dari mahasiswa.

“Dalam waktu dekat ini, kami akan melakukan pertemuan dengan dosen,” tuturnya.

Advertisement

Selain itu, Chelly belum bisa berkomentar banyak soal tuntutan pemberhentian oknum dosen yang diduga melakukan tindakan represif kepada mahasiswa. Sebab keputusan tersebut tidak bisa dilakukan secara sepihak.

“Kami sudah hampir 32 tahun berdiri, fase-fase seperti ini pasti ada, kami yakin pasti ada jalan keluarnya, kami tetap hadapi,” tutupnya.

Penulis : Maimunah Afiah

Advertisement
Continue Reading
Advertisement