Connect with us

Kutim

Ardiansyah Dukung Pisang Kepok Grecek Kutim Dapat Sertifikasi

Published

on

BEKESAH.co, Kutim – Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman menyatakan sangat mendukung program sertifikasi pengembangan pisang di kabupaten ini. Selain itu dia juga sangat mengapresiasi pengembangan pisang Kepok Grecek dan Cavendish yang dilakukan oleh petani. Hal itu ia tegaskan saat membuka bimtek yang digelar di area pengembangan pisang milik Kelompok Tani (Pokten) Kutai Prima 1, Desa Sempayau, Kecamatan Sangkulirang, belum lama ini. Dia berharap selama bimtek, petani bisa terus mencerna ilmu dan memahami. Karena pendampingan dilakukan sampai dengan mendapat sertifikat.

Ardiansyah menaruh harapan besar pada pengembangan komoditi pisang Kepok Grecek. Bahkan dengan referensi yang ia peroleh, perbandingan keuntungan pengembangan tanaman pisang dengan hasil kepala sawit tak jauh berbeda. Keuntungan kurang lebih sama namun pengembangan 1 hektare pisang disamakan dengan 8-10 ha sawit. Ditambah lagi tanam pisang tak serumit menanam sawit, perawatannya tak sesulit sawit. Di sisi lain pisang Kutim sudah terkenal di lokal maupun internasional. Artinya nilai ekonomi pisang masih lebih baik dan mudah dipasarkan ke masyarakat.

“Lahan 1 ha bisa ditanami 400 sampai 500 pohon, sebulan bisa dua kali panen, 1 sisir pisang dihargai Rp 7000. Jika dikalikan lagi dengan jumlah pohon yang dipanen atau pisang yang diproduksi maka akan kekluar nilai yang tak sedikit bagi penghasilan petani,” jelas Ardiansyah.

Pada kegiatan Gebyar Agrostandar Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kalimantan Timur (Kaltim) sekaligus Bimbingan Teknis (Bimtek) Sertifikasi Benih Pisang dan Teknologi Budidaya Tanaman diantara tanaman pisang yang digelar bagi para petani pisang Kutim ini Ardiansyah menjelaskan nilai plus lainnya. Yakni tanaman pisang bisa menghasilkan tanpa menggantungkan pada pabrik, tengkulak, regulasi dan lain-lain. Dengan kata lain pengembangan tanaman pisang mandiri milik rakyat. Agar pengembangan pisang lebih baik dan maju, Ardiansyah meminta agar Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Peternakan (DTPHP) Kutim untuk mendesain industri turunannya. Sebab salah satu yang paling dibutuhkan di pasar global adalah tepung pisang untuk kebutuhan bahan campuran makanan bayi.

Advertisement
Baca Juga  Permudah Masyarakat untuk Dapat Layanan Tebus Obat, Dewan Desak Pemkab Kutim Kerjasama dengan Perusahaan Farmasi

Ardiansyah tak lupa menyampaikan terima kasih kepada Koperasi Taruna Bina Mandiri yang sudah memperluas pangsa pasar pisang. Karena hingga Juli 2023 ini sudah ada sekitar 1260 ton yang di ekspor. Jika ditotal dengan pasar dalam negeri mencapai 5000 ton. Selain menjual bahan baku pisang, juga mesti dikembangkan produk turunannya. Sehingga nilai tambah petani semakin terjamin. Pelaku usaha ekspor juga sudah pasti semakin berminat.

“Kalau ada pabriknya akan lebih luar biasa lagi,” sebut Ardiansyah di acara

Ardiansyah menginginkan pada 25 tahun masa RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kutim, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang ada di Maloy benar-benar beroperasi sesuai rencana. Guna mendukung pengembangan sumber daya alam (SDA) yang ada di Kutim, termasuk pisang. Namun untuk meyakinkan pembeli luar negeri tentunya diperlukan sertifikasi. Meyakinkan bahwa nilai tambah itu penting.

“Contoh (sebagai analogi) brownis enak yang dibungkus tisue harganya murah, tapi kalua dikemas dengan baik maka harga naik, apalagi bersertifikasi sudah pasti harganya lebih tinggi lagi,” jelasnya

Advertisement

Kepala DTPHP Kutim Syah Ratnaningrum sebelumnya menyampaikan bahwa luas pengembangan pisang di Kutim mencapai 5200 ha. Bimtek ini terlaksana berkat kerja sama antara Pemkab Kutim dan BSIP Kaltim dengan melibatkan Sekolah Tinggi Pertanian (Stiper) Kutim dan Poktan Kutai Prima 1, Desa Sempayau, Sangkulirang.

“Khusus di Kaliorang dan sekitarnya (pengembangan pisang) sudah eksis 500 ha. Kepada BSIP diharapkan bisa mendapingi poktan ini menjadi mandiri, baru pindah ke kelompok tani lainnya,” harap Dyah yang asli Trenggalek.

Bimtek ini menghadirkan narasumber dari BSIP Nur Rizqi B. Peserta diberi pemahaman melalui materi sertifikasi benih pisang dan teknologi budiyaya tanaman pisang.

Baca Juga  Kontainer Sampah Sudah Ditarik, Warga Masih Buang di Pinggir Jalan, Butuh Waktu

Sementara itu Nur Rizqi B dari BSIP Kaltim menjelaskan bahwa instansi yang dulunya bernama Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) ini berubah nama setahun terakhir. Bertugas dalam penyusunan kebijakan teknis perencanaan dan program, perumusan, penerapan dan pemeliharan, serta harmonisasi standar instrumen pertanian. Pelaksanaan koordinasi, perumusan, penerapan, dan pemeliharan, serta harmonisasi standar instrumen pertanian. Melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan koordinasi, perumusan, penerapan dan pemeliharaan, serta harmonisasi standar instrumen pertanian.

Advertisement

“Khusus di Kutim kami melakukan pendampingan sertifikasi pangan organik. Pendampingan saat ini sudah pada tahap pendokumentasian. Semoga tahun ini bisa mendapat sertifikasi pangan organik,” jelasnya.

Dia mengatakan, BSIP Kaltim akan melakukan pendampingan hingga akhir tahun. Agar program sertifikasi pangan organik ini bisa lancar sesuai dengan rencana program. Untuk itu dia mengharapkan kerja sama dan dukungan dari Pemkab Kutim.

Di tengah-tengah acara dilakukan penandantangan Memorandum of Understanding (MoU) antara BSIP Kaltim dengan DTPHP Kutim serta MoU antara BSIP Kaltim dengan Stiper Kutim. Momen tersebut disaksikan Bupati Kutim, Camat Kaubun Saprani, Sescam Sangkulirang Cipto Buntoro, para Kades, dari Stiper, petani Poktan, para penyuluh pertanian Sangkulirang dan Kaubun.

Penulis : Maimunah Afiah

Advertisement