Bontang
Pantaskah Situasi Covid-19 di Bontang Masuk Level 3, Begini Tanggapan Juru Bicara Satgas
BEKESAH.co – Juru Bicara Covid-19 Bontang, Adi Permana menilai kondisi Kota Bontang masih belum bisa masuk Level 3.
Pasalnya, penambahan kasus Covid-19 di Bontang masih tinggi. Bahkan angka kasus kematian perharinya juga masih terbilang tinggi.
Dinyatakan level 3 jika, ada 50-150 kasus Covid-19 per 100 ribu penduduk per minggu, 10-30 kasus yang dirawat di rumah sakit per 100 ribu penduduk per minggu dan 2-5 kasus meninggal per 100 ribu penduduk per minggu di daerah tersebut.
Sedangkan Bontang, penambahan kasusnya masih melebihi dari ketentuan level 3. Angka kasus penambahan Covid-19 perharinya pun masih capai ratusan orang. Pasien yang dirawat masih ada 220 kasus. Angka kematian perharinya juga bisa capai 5-7 orang.
“Nggak tau apa yang menjadi acuan mendagri dan kemenkes menurunkan status itu, kalau berdasarkan data yang ada di Bontang, kita masih level 4,” terangnya saat ditemui usai rapat PPKM di Rumah Jabatan Wali Kota Bontang, Selasa (10/8/2021).
Namun, Adi menilai pemberian status level 3 di Kota Bontang sebagai bentuk apresiasi pemerintah pusat kepada Kota Taman ini. Sebab, Kota Bontang terbilang displin dalam menjalankan protokol kesehatan dibanding dengan daerah lain yang ada di Kalimantan Timur.
“Mungkin reward dari mereka (pemerintah pusat) karena masyarakat Bontang disiplin prokes,” terangnya.
Disinggung soal kebijakan, kata Adi tidak jauh berbeda dengan aturan-aturan sebelumnya.
“Yah dicampur antara level 4 dan level 3, soal kebijakan bisa ditanya ke pak walikota,” tuturnya.
Sebelumnya, Situasi Covid-19 Bontang akhirnya turun menjadi level 3 setelah kurang lebih satu bulan menyandang status level 4.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Satgas Covid-19, Choirul Huda. Ia mengatakan perubahan status tersebut sesuai dengan surat edaran Menteri Dalam Negeri (Mendagri) nomor 31 tahun 2021.
Dalam edaran tersebut, Mendagri menetapkan 4 kota di Kalimantar Timur yang masih berstatus level 4, yakni Balikpapan, Kutim, Paser dan Samarinda.
Penulis : Maimunah Afiah
