Connect with us

Khasanah Islami

Sejarah Masuknya Islam di Kota Bontang

Published

on

Masjid Tua Al-Wahhab dibangun pada tahun 1789. Masjid ini menjadi peninggalan sejarah masuknya penyebaran Islam di Kota Bontang. (Ahmad Nugraha-Bekesah.co)

BEKESAH.co, Bontang – Islam merupakan agama yang rahmat. Awal mula Islam sampai ke Provinsi Kalimantan Timur hingga ke Kota Bontang tentu tidak mudah.

Ketika Islam telah sampai di Bumi Nusantara ini, Islam juga merambah ke wilayah Bumi Etam Kalimantan Timur melalui fasilitas sarana Kerajaan Kutai kala itu.

Setelah islam dapat diterima di Kerajaan Kutai, Agama Islam disyiarkan dan dikenalkan ke penjuru wilayah Kalimantan Timur yang pada masa itu masih berada di bawah kekuasaan kerajaan hingga Islam disampaikan dan masuk di Kota Bontang.

Pada masa itu, Bontang masih berupa sebuah perkampungan kecil di pinggir sungai di muara Bontang Kuala.

Advertisement

Bermula dari Bontang Kuala 

Potret Bontang Kuala tempo dulu.

H. Abdul Haris Tokoh masyarakat Bontang Kuala menuturkan, Bontang Kuala berdiri sekitar tahun 1.700an. Kala itu Kerajaan Kutai dipimpin Sultan Muhammad Idris. Kampung pesisir inilah cikal-bakal berdirinya Kota Bontang dan masuknya peradaban Islam.

Dia menjelaskan, permukiman pertama kali muncul sejak datangnya para pelaut dari Suku Bajao yang memeluk Agama Islam. Mereka mulai menetap hingga memiliki keturunan. Tak lama berselang, datanglah para perantau dari Suku Bugis, Sulawesi Selatan. Kala itu hadir tokoh pemuka agama yang bernama H.Abdul Razak.

“Nah H.Abdul Razak di Bontang datang sebagai guru agama, mendirikan masjid di Bontang pertama yang bernama Masjid Tua Al-Wahhab yang dibangun tahun 1789. Sampai sekarang masjid itu masih ada. Masih utuh bahkan masih dipakai beribadah,” ungkapnya.

Dijelaskan, kehadiran H.Abdul Razak yang dikenal piawai menyiarkan Islam kala itu melalui ceramah-ceramah agama membuatnya sangat dihormati hingga masyarakat menyebutnya dengan sebutan Puang. “Kalau orang BK di sini bilang penyebutan Puang itu samalah artinya dengan Para Wali,” terangnya.

Advertisement

Selama  menjadi imam, dan berdakwah H.Abdul Razak tak sendiri, ia dibantu dua sepupunya, Abu Hasan dan H. Ismailah yang juga tokoh agama. Mereka juga mengajarkan masyarakat di Bontang membaca Al-Quran.

Pelan-pelan pertumbuhan penduduk di Bontang Kuala semakin berkembang. H. Abdul Razak lantas memanggil keponakannya bernama Gonggeng. “Gonggeng ini yang mendirikan Musolah pertama kali yang sekarang sudah berubah menjadi Masjid Al-Misbah. Wak Gonggeng juga jadi imamnya,” tuturnya.

Bersama para kerabat dan keluarganya itu ajaran Islam diterima semua kalangan. Penduduk pun mulai bertambah.  Sebaran penduduk yang dulunya di Bontang Kuala pun mulai berpindah. Ke Loktuan, Guntung, dan Tanjung Laut. “Jadi semuanya itu berasal dari Bontang Kuala. H.Abdul Razak dan kerabatnya berdakwah ke wilayah-wilayah itu. Sampai ke Hulu Mahakam,” ujar H. Abdul Haris yang merupakan keturunan H.Abdul Razak.

Selain H.Abdul Razak, persebaran agama Islam di Bontang rupanya berkat andil dari

Advertisement

pemuka agama keturunan Arab dari Kumai, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Pemuka agama inilah yang nantinya dikenal hampir seantero Bumi Etam bernama, Habib Jaffar bin Umar Al-Habsyi.

“Anak beliau ditugaskan ke Bontang keluarga beliau disebar ke seluruh Kaltim,” ungkapnya.

Habib Ja’ffar bin Umar Al-Habsyi 

Menurut sebuah riwayat perjalanan, Islam masuk sampai ke Bontang Kuala pada masa itu, bermula dari pihak Kerajaan Kutai yang mengutus seorang ulama dari Kumai. Ia telah lama menjadi kepercayaan Raja Kutai untuk mensyiarkan Islam di seluruh wilayah kekuasaan kerajaan hingga Islam dapat dipeluk masyarakat luas saat itu.

Advertisement

Seorang ulama besar pada zaman itu bernama Habib Ja’ffar bin Umar Al-Habsyi yang telah mendapat kepercayaan dari sang raja memperkenalkan Islam  bagi masyarakat yang ada di wilayah Kerajaan Kutai khususnya di Kota Bontang dan sekitar.

Habib Ahmad bin Ja’ffar Al-Habsyi, cucu dari Habib Ja’ffar bin Umar Al-Habsyi mengatakan ia merupakan turunan ketiga dari almarhum, sang ulama kondang tersebut. Dari penuturan keluarganya, Habib Ja’ffar merupakan pria keturunan Arab dari Kumai, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah.

“Beliau itu dibawa ibunya ke Tenggarong. Karena kebetulan ada pamannya,” ujar Habib Ahmad.

Di Kota Raja (Tenggarong, Red) itu Habib Ja’ffar bertemu dengan tambatan hatinya Sli Palmeirah. Mereka pun menikah, lalu dikaruniai anak bernama Habib Gasyim. Habib Gasim lalu memiliki cucu bernama Sayid Zafran yang merupakan mantan Bupati Kukar.

Advertisement

Usai Sli Palmerah meninggal, Habib Ja’ffar lalu hijrah ke Bontang atas titah Raja Kutai untuk menyebarkan dakwah Islam. Di Bontang ia kemudian menikah. Dari pernikahan itu ia memiliki 7 anak. Dua di antaranya kondang dikenal sebagai Habib Husein dan Habib Hasan. “Kebetulan abah saya anak paling terakhir,” kenangnya.

Habib Ahmad mengatakan, dari situlah bersama tokoh Islam dari Sulawesi Selatan H.Abdul Razak, mereka memprakarsai dibangunnya Masjid Tua AL-Wahhab pada tahun 1789. H.Abdul Razak kemudian dipercaya menjadi imam pertama. “Sampai saat ini Masjid Al-Wahhab  bertahan, dan sekarang sudah imam yang ke-4,” ungkapnya.

Anak cucu Habib Ja’ffar bin Umar Al-Habsyi lah yang kemudian melanjutkan dakwah Islam hingga kini.

Begitulah kisah singkat, Islam menyebar dengan ajaran rahmat yang berkesinambungan. Dalam proses pengenalan Islam pada setiap individu yang bersentuhan langsung melalui dakwah, dan syiar yang disampaikan oleh para penyeru agama Islam sejak jaman dahulu.

Advertisement

Penulis : Ahmad Nugraha

Baca Juga  Potret Kenangan Bontang Tempo Doeloe
Baca Juga  Sejarah Kota Bontang yang Kini Berusia 23 Tahun

Dapatkan update informasi Bekesah.co seputar Bontang dan Kalimantan Timur dengan bergabung di Whatsap grup ini. Cukup klik link di bawah ini https://chat.whatsapp.com/L4DcfLR9YvdDkNKiF2cCPG