Connect with us

Bontang

Sejarah Kampung Tihi-Tihi, Kisah Para Nelayan Tangguh dari Sulawesi Barat

Published

on

Kampung Pesisir Tihi-Tihi (Awal-Bekesah.co)

BEKESAH.co, Bontang – Kampung Tihi-Tihi, sebuah cerita keberanian dan ketahanan dari masa ke masa, terus mengukir sejarahnya sejak tahun 1957. Pada saat itu, tiga pionir dari Sulawesi Barat, H. Habibon, H. Hubbi, dan H. Engeng, memulai perjalanan melintasi lautan untuk merantau ke Bontang. Mereka menjadi bagian dari cerita luar biasa yang membentuk kampung ini menjadi tak terpisahkan dari kisah Kota Bontang.

Generasi pertama, tiba di tahun 1957, menetap di kampung ini dan memulai aktivitas nelayan tangkap menggunakan bambu sebagai sumber penghidupan utama. Melihat keberanian mereka, generasi kedua bergabung dengan kampung ini, membawa bersama 10 kepala keluarga, membentuk pondasi solid yang menjadi dasar perkembangan kampung.

Baca Juga  Sejarah Kampung Malahing, dulu Kumuh Kini Bikin Harum Nama Bontang

“Dulu itu dimulainya dari generasi pertama orang tua kami di Sulawesi Barat yang datang ke sini,” ujar Muslimin Ketua RT 07 Tihi-Tihi, Muslimin.

Dia menuturkan, salah satu daya tarik kampung ini adalah keberadaan binatang setempat yang unik, dikenal sebagai “Tihi-Tihi.” Binatang ini, dengan ciri bulat dan mirip dengan bulu babi, sering kali dianggap sebagai penanda keberuntungan di sekitar kampung.

Advertisement

Nama “Tihi-Tihi” sendiri diambil dari bahasa daerah Mamuju, yang kerap dimaknai sebagai sebuah keberuntungan.

Seiring berlalunya waktu, penduduk Kampung Tihi-Tihi terus berkembang dan berkumpul, menciptakan keseimbangan antara tradisi dan perkembangan modern. Pada tahun 2000, tanda baru ditorehkan dengan pembentukan organisasi pemerintahan terendah RT. Pada era Walikota Andi Sofyan Hasdam, kampung ini menjadi RT sendiri, terpisah dari Selangan.

Pemekaran ini memberikan kesempatan kepada Amir Javani untuk menjadi Ketua RT pertama, mengemban tanggung jawab selama dua tahun. Setelah periode tersebut, melalui pemilihan demokratis, Muslimin terpilih dan hingga saat ini terus mengemban amanah sebagai Ketua RT 17.

“Sejak tahun 1999, saya telah menjadi bagian dari Kampung Tihi-Tihi. Saat ini, dengan bangga, kami memiliki 98 kepala keluarga dengan total 324 jiwa. Kami adalah nelayan, pengumpul rumput laut, dan pencari teripang yang gigih mencari nafkah,” ungkapnya:

Advertisement

Muslimin menambahkan secara tidak langsung, sejarah panjang ini tidak hanya menceritakan perjalanan fisik dari rimba ke permukiman, tetapi juga perjuangan dan kehidupan masyarakat yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan Kota Bontang.

Dengan semangat dan kebersamaan yang mengalir di Kampung Tihi-Tihi, kampung ini terus menjadi saksi perkembangan dan kejayaan yang mengilhami banyak generasi. Perjalanan gemilang ini menandai kampung sebagai pusat kehidupan yang penuh warna, tidak hanya bagi warganya, tetapi juga sebagai bagian integral dari kekayaan budaya Kota Bontang. (*)

Penulis : A.M Awaluddin

JANGKAU BERITA BEKESAH LEBIH BANYAK DI GOGGLE NEWS klik link di bawah ini

Advertisement

https://news.google.com/publications/CAAqBwgKMLWJygsw9aThAw?hl=id&gl=ID&ceid=ID%3Aid

Atau dapatkan update informasi Bekesah.co seputar Bontang dan Kalimantan Timur dengan bergabung di Whatsap grup ini. Cukup klik link di bawah ini

https://chat.whatsapp.com/L4DcfLR9YvdDkNKiF2

Advertisement