Connect with us

Bontang

Ironi Pasar Ramadan Bontang di Tengah Wabah Corona

Published

on

BEKESAH.co – Semua orang suka pasar Ramadan, mau yang jualan sampai pembeli takjil. Terlebih kaum ibu-ibu yang tidak sedikit aji mumpung memanfaatkan bulan puasa untuk menambah rezeki rumah tangga.

Tapi ada hal yang sama sekali tak diduga terjadi. Dunia dirundung virus corona baru, dilanda pandemi COVID-19 termasuk Indonesia ketika menyambut bulan yang sejatinya penuh berkah duniawi dan tentu rohani ini.

Nursang, penjual kue takjil di Lok Tuan, menceritakan bagaimana wabah merubah banyak hal. Tahun lalu ia bisa buka lapak di pasar Ramadan Gang Bioskop yang terkenal itu. Tapi karena kebijakan pemerintah untuk pencegahan penyebaran virus, ia terpaksa pindah lokasi.

Jumlah kue yang dijajakan juga diakui harus dikurangi lantaran beresiko. Sepinya pembeli ketimbang tahun-tahun sebelumnya membuat Nursang tak berani bikin banyak kue.

Advertisement

“Sekarang sepi pembeli Mbak gak seperti dulu. Biasanya saya produksi kue 700 hingga 800 kue setiap harinya, sekarang yah kadang 250, kadang juga 300. Tidak sebanyak dulu,” kata Nursang di lapaknya yang kini berdiri di depan Bank Dhanarta, Jl. Slamet Riyadi, Lok Tuan.

Sudah sepekan sejak awal Ramadan, biasanya kue yang dipajang sudah terjual jelang waktu berbuka puasa. Tapi kini tidak, sisa kue masih terbilang banyak untuk dibawa pulang.

“Mendekati buka puasa, jam setengah enaman biasanyaa sudah habis Mbak, bahkan jam lima itu sudah mulai habis kalau dulu. Sekarang kadang saya bawa pulang sisa kuenya,” keluh Nursang.

Di tempat berbeda, ada Warni yang juga menggeser lapak jualannya di pinggir Jalan Achmad Yani, Kelurahan Api-Api. Ia tak lagi berada di kerumunan penjual takjil di kawasan tersebut.

Advertisement
Baca Juga  Amir Tosina Kembali Desak Pemkot untuk Realisasikan Rute Kapal Bontang - Ma

Warni mengakui jika dampak wabah dan terpencarnya penjual takjil membuatnya harus bersabar lantaran jarang didatangi pembeli. “Yah gimana lagi, harus sabar. Karena harus mencari tambahan untuk di rumah,” katanya.

Ketakutan itu Ada

Kekhawatiran bertambah kala harus berjualan di tengah ancaman virus corona. Terlebih seperti Nursang yang sadar jika wilayahnya berjualan masuk zona merah penanganan COVID-19 di Bontang.

“Sebenarnya takut juga Mbak, hanya bisa bismillah saja. Niat baik untuk mencari rezeki semoga Allah mudahkan. Untuk berjaga-jaga makanya saya pake masker juga jualannya,” ungkapnya.

Sementara Nurleni, warga yang ditemui kala mencari menu berbuka, mengaku khawatir ketika harus keluar rumah. Ia mengatakan dirinya termasuk jarang keluar rumah untuk membeli takjil dan memilih untuk membuat sendiri.

Advertisement

“Ke pasar Ramadan kalo kepepet aja, Dek. Itu pun pesan memang dari rumah, terus tinggal ambil. Jadi keluarnya gak lama, karena suami juga ngelarang keluar,” ujar Leni.

Selama Ramadan, Leni mengaku baru tiga kali membeli takjil di luar. Ia pun merasakan perbedaan pasar Ramadan yang dulu dengan sekarang.

“Jelas berbeda. Sekarang lebih sepi tidak seperti biasanya. Jangan kan pasar Ramadan, toko aja sepi yang biasanya mendekati Ramadan orang rame beli baju koko untuk terawih sekarang tuh sepi bahkan cenderung gak ada,” pungkas Nurleni.

Maklum, Leni ternyata pemilik toko Distro Muslim Bontang. Dia juga terdampak.

Advertisement

 

Penulis: Maimunah Afiah