Connect with us

Bontang

Harga Minyak Goreng Melejit, Pedagang Gorengan di Lok Tuan Meringis

Published

on

BEKESAH.co – Melonjaknya harga minyak di pasar membuat para pelaku UMKM di Bontang meringis.

Tak terkecuali, pedagang gorengan yang notabene  produksinya menggunakan minyak goreng hingga puluhan liter perharinya.

Diungkapkan Suyitno, pedagang gorengan di Jalan RE Martadinata Lok Tuan itu, mengeluhkan harga minyak yang terus menerus mengalami kenaikan.

Kenaikan harga tersebut membuat dirinya harus putar otak agar pendapatan stabil dan modal bisa kembali. Sebab, dirinya menggunakan minyak goreng hingga 20 liter perhari.

Advertisement

Salah satu penjual gorengan di Lok Tuan, Suyitno. (Mae/Bekesah.co)

“Ini udah nggak karu-karuan mba, yang seharusnya untungnya bisa diambil, sekarang harus nutupin untuk modal minyak,” ujarnya saat ditemui bekesah.co di lapaknya, Selasa (23/11/2021).

Modal yang ia keluarkan untuk membeli minyak capai Rp 335 ribu per 20 liter. Biasanya harga minyak itu normalnya Rp 250-260 ribu saja.

Disinggung soal jumlah produksi, ia mengaku masih normal, hanya saja pendapatan yang menurutnya berkurang.

“Yah untungnya kurang banyak,” ucapnya.

Tidak beda jauh dengan Suyitno. Gorengan Ridha juga memiliki persoalan yang sama. Ditengah melejitnya harga minyak goreng.

Advertisement

Pihaknya harus mengatur dengan baik jumlah produksi yang akan dibuat. Biasanya sehari, produksi pisang goreng bisa  30 sisir kini hanya 15-20 sisir saja.

Diakui pemilik, Khairunnisa, ia harus memilih jenis gorengan apa saja yang harus dijual, sehingga varian gorengan terpaksa berkurang. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir penggunaan minyak.

“Harus pinter-pinter atur, biasa kalau hari ini ada pisang, terpaksa nggak jual ubi. Karena kedua jenis gorengan itu banyak memakan minyak,” tuturnya.

Bahkan, beberapa jenis gorengan juga harus dikurangi ukurannya, seperti tahu dan tempe. Selain itu harga jual juga harus disesuaikan, biasa 5 ribu empat, kini hanya dapat tiga saja.

Advertisement
Baca Juga  Komisi III dan Dishub Lanjutkan Pembahasan Raperda Penyelenggara Lalu Lintas

“Begitulah mba, saya dengar bakal naik lagi. Sekarang tepung juga udah naik. Pusing penjual, untung lombok belum naik,” ungkapnya.

Meski harga minyak naik, ia tidak bisa menyetop produksinya. Sebab dirinya memiliki tanggungjawab dengan kebutuhan keluarga. Terlebih, harus membiayai sekolah dan kuliah anaknya.

“Mungkin kalau anak saya nggk kuliah, saya stop dulu mba. Untung itu sebagian lari untuk modal,” katanya.

Penulis : Maimunah Afiah

Advertisement
Continue Reading
Advertisement