Connect with us

Bontang

Wow! Kartunis Bontang Ini Jual Karya di NFT Laku Rp 30 Juta

Published

on

BEKESAH.co, Bontang – Era disrupsi teknologi memacu manusia bisa beradaptasi dengan pesatnya perkembangan zaman. Jika tidak, maka siap-siap untuk tergilas dari persaingan.

Hal ini yang disadari Krisna Darenda, seorang kartunis yang berhasil mendulang pundi-pundi rupiah dengan menjual karya seninya di NFT. Buat kamu yang belum tahu NFT atau Non-Fungible Token merupakan sebuah aset digital yang mewakili barang berharga berupa karya seni musik, foto, gambar, dengan nilai yang tidak dapat diganti atau ditukarkan.

Baca Juga  Kurir COD di Sangatta Kena Tipu, Barang Sudah Diambil, Pembeli Kabur

NFT sebelumnya juga pernah jadi perbincangan banyak orang, karena bisa menguntungkan hingga miliaran rupiah seperti Ghozali Everiday yang sebelumnya viral di media sosial.

Berbeda dengan Ghozali yang menjual foto dirinya, Krisna menjual karya seni di NFT.

Advertisement

“Awalnya lihat teman. Saya suka sama gambarnya, kartunis juga. Dia posting NFT di Block Chain Tezoz. Akhirya cari tahu,” ungkap Krisna saat ditemui Bekesah.co belum lama ini.

Bermodal belajar dari YouTube, pria yang pernah mengenyam pendidikan di SMK Negeri 1 Bontang ini, melihat ada peluang untuk memasarkan karya-karya gambarnya.

Tidak butuh waktu lama, Krisna mulai membuat akun. Mulanya, dia mengupload satu gambar setiap hari. Namun, gambar yang ia unggah tak kunjung dilirik orang.

“Pemasarannya saya nda tahu. Akhirnya belajar di Twitter, dan grup NFT akhirnya tahu,” katanya.

Advertisement

Benar saja, dari modal nekat belajarnya ini, pelan-pelan gambarnya mulai terjual. Kali pertama kartunnya dibeli seharga Rp 300 ribu.

Salah satu gambar Krisna yang ia jual di NFT.

Dari sini Krisna mulai fokus mencari tema-tema yang tidak banyak seniman lain unggah di NFT. Tema kebudayaan lokal jadi pilihan. Rupanya, tema ini yang jadi favorit para peselancar kartun di dunia digital itu karena keunikannya.

Krisna mengaku, hingga kini kartun yang ia unggah bahkan sempat laku di harga Rp 30 juta. Harga yang cukup fantastis ini membuat dirinya semakin getol berkarya di NFT.

Krisna menuturkan, alasan dirinya memilih berkarya di NFT karena bisa bekerja di mana saja. Selain medium untuk berkarya, cara ini bisa jadi marketing tools. Pasar baru untuk para seniman yang tidak harus pusing lagi memasarkan karya.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Advertisement

Sebuah kiriman dibagikan oleh Krisna (@krisnadarendra)

“Kebetulan NFT ini sesuatu yang kita bisa kerjakan dari mana aja, yang penting modal laptop. Istilahnya saya mau sambil ke mana gitu yang penting ada laptop, saya tetap bisa kerja dan menghasilkan (karya),” imbuhnya.

Karya Krisna (dua dari kiri) saat mengikuti pameran di Ganara Art Space, Jakarta.

Tak sampai di situ, menurutnya, NFT juga bisa memberikan penghargaan kepada para seniman. Hal itu dengan royalti yang ia dapatkan dari beragam karya yang dibuatnya.

Misalnya, setiap karya Krisna yang laku terjual kemudian dibeli, gambar itu lantas terjual lagi, praktis Krisna mendapat keuntungan 10 persen dari hasil penjualan. Karena setiap gambar yang terjual teridentifikasi kepada pemilik karya yang sebenarnya.

Advertisement
Baca Juga  Waduh! Dibalik Kelezatannya, Ikan Bawis Mengandung Mikroplastik

Krisna berharap seniman-seniman di Bontang bisa memanfaatkan peluang berkarya di NFT. Karena dari sini, dirinya merasa sebuah karya bisa dihargai.

Penulis : Ahmad Nugraha