Connect with us

Headline

Tak Ada Senjakala di Armada Bus Antar Kota

Published

on

Pulau Indah Jaya mempertahankan trayek Samarinda-Balikpapan. Bahkan via tol berjarak 59.9 kilometer –selama 1 jam 3 menit waktu normal. Perusahaan Otobus atau PO legendaris itu nyaris kolaps akibat pelbagai gempuran. Termasuk saat pandemi coronavirus disease 2019 yang nyaris meluluhlantakkan semua sendi kehidupan. Tetapi mereka menolak terkubur hidup-hidup.

BUS Hino dominasi kuning itu bersandar di sekitar Jalan Untung Suropati, Kamis 14 Oktober 2021. Tak banyak aktivitas di sana, selain hilir-mudik pria bertubuh mungil yang nyaris menatap tajam ke semua kendaraan dan orang yang melintas di depannya. “Balikpapan kah? Ayo, ayo, ayo naik,” ucapnya, sembari mengarahkan penumpang untuk segera masuk ke dalam bus.

Pria itu adalah Dasu, salahsatu kernet bus PO Pulau Indah Jaya berumur 45 tahun. Pekerjaan utamanya memang bukan hanya memandu supir. Dia juga bertugas mencari penumpang. Makin banyak penumpang yang dia antar ke dalam bus, makin banyak pula rupiah yang diterima. “Satu penumpang saya terima (komisi, Red.) Rp 5 ribu,” katanya, saat bercakap-cakap sembari menunggu penumpang lain.

INOVASI: Di masa pandemi Covid-19, PO Pulau Indah Jaya berbenah dengan memperbaharui dan menambah fasilitas armada./ Foto : Faisal

Sudah 5 tahun terakhir pria kelahiran Bone –Sulawesi Selatan– itu bekerja dibawah bendera Pulau Indah Jaya. Bus yang dikawalnya hari ini adalah bus premium dengan fasilitas air conditioner. Kocek yang harus dikeluarkan untuk naik bus ini adalah Rp 43 ribu untuk 1 penumpang. Namun, Dasu tak ikut serta dalam perjalanan menuju Kota Minyak. Jarak tempuh yang pendek membuat Dasu memilih bertahan mencari penumpang lain untuk trayek bus berikutnya.

Bus ini sendiri tampak berbeda dengan bus Pulau Indah Jaya sebelum masa pandemi COVID-19. Keseluruhan bus tampak bersih. Tak ada sampah yang biasa terselip di sela tempat duduk. Bahkan seat cover tampak baru. Demi menjalankan protokol kesehatan, di dekat pintu masuk bus, juga diletakkan sanitizer untuk para penumpang dan stiker imbauan menggunakan masker. “Memang banyak yang berubah sekarang, biar orang (masyarakat, Red.) mau naik bus lagi,” ujarnya. “Pernah sekali trayek ke sana (Kota Balikpapan, Red.) cuma dapat 1 penumpang. Jadi, ya, kami batalkan perjalanannya dan mengembalikan uang ke penumpang,” kisah Dasu.

Advertisement
Baca Juga  Soroti Hasil Swab Test Lama Keluar, Nursalam: Jangan Sampai Ada Anggapan Dicovidkan

Bus ini sendiri bersandar di sekitar simpang tiga Jalan Untung Suropati. Lokasi itu bukanlah pangkalan legal bus antar kota/provinsi seperti Pulau Indah Jaya, melainkan sebagai tempat singgah sementara dari pangkalan resmi menuju dan dari Terminal Sungai Kunjang yang berjarak 3 menit.

“Lima menit lagi berangkat itu busnya,” kata Dasu, kepada seorang penumpang yang bertanya kepadanya. Perkataan Dasu memang bukan sesumbar. Lima
menit berselang, bus benar-benar berjalan. Padahal, jumlah penumpang hanya 3 orang yang duduk di kursi depan.

Namun ternyata, bus tak langsung menuju Kota Balikpapan yang berakhir di Terminal Batu Ampar –Jalan Pattimura. Ada persinggahan kedua untuk mencari penumpang lebih
banyak di sekitar Jalan Cipto Mangun Kusumo –Samarinda Seberang. Hanya sekira 10 menit, 56 seat yang tersisa terisi penuh dengan tujuan serupa.

Kondisi pangkalan bayangan di dua tempat tadi –Jalan Untung Suropati dan Jalan Cipto Mangun Kusumo– nyaris berbeda bila dibandingkan 2 dekade lalu. Bus yang singgah di lokasi tertentu biasanya langsung menjadi target para pengamen, pengemis, dan penjaja makanan-minuman ringan. Dalam perjalanan menuju Balikpapan itu, nyaris tak ada “layanan tambahan” tersebut. Sebagian penumpang yang biasanya risih karena hal demikian, kini dapat menikmati perjalanan dengan nyaman. Pun, saat melintas di tol via Gerbang Tol Palaran.

Advertisement

MELINTASI rute Samarinda-Balikpapan via Gerbang Tol Palaran mungkin merupakan hal baru bagi supir bus antar kota seperti Maman. Beberapa tahun lalu –sebelum tol dibangun– Maman justru sering melintasi rute Samarinda-Balikpapan melalui jalan poros.Rute ini memang memiliki waktu cukup lama untuk dilintasi. Dengan panjang 125 kilometer dan waktu tempuh sekira 3 jam, jalan poros Samarinda-Balikpapan cukup menguji tenaga dan skill berkendara para supir PO. Namun, dari bermacam jenis pengemudi, mereka yang rutin melahap trayek ratusan kilometer harus ditempatkan dalam kasta yang amat berbeda; kasta manusia super!

Ini belum mencakup bagaimana medan aspal di sekujur Kota Samarinda-Kota Balikpapan dulu dikenal rusak, berliku, dan curam. Kombinasi tersebut –mau tak mau– membuat para penumpang Pulau Indah Jaya tak ubahnya berada dalam petualangan yang teramat melelahkan. Agar perjalanan lancar, PO butuh pengemudi yang mumpuni. Tidak bisa tidak, ketika membicarakan supir Pulau Indah Jaya –misalnya– maka nama Maman berada pada salahsatu daftar teratas.

Baca Juga  Sejak Pandemi, Penumpang Bus di Terminal Telihan Merosot hingga 70 Persen

Lelaki yang berusia hampir 50 tahun ini sudah menjadi supir bus sejak dekade 1990-an. Sepak terjangnya dalam lingkaran PO bus tak perlu diragukan lagi: Maman tercatat pernah bekerja dari satu PO ke PO yang lain, salah duanya yaitu Samarinda Lestari dan Bintang Mas. Setelah malang melintang, pada awal 2000-an, Maman bergabung dengan Pulau Indah Jaya, dan langsung memperoleh tugas mengendarai bus jurusan Samarinda-Balikpapan –rute yang saat itu paling ramai digunakan. Dalam sehari, Maman bisa 3 kali pulang-pergi dari Kota Tepian ke Kota Minyak. Posisi ini nyaris tak goyah dan terus dia jalani dalam kurun dua dekade.

Dulu, Maman mengaku, membawa bus dari Samarinda-Balikpapan membutuhkan persiapan yang ekstra, baik secara fisik maupun mental. Pertama kali menjalani pekerjaannya, Maman mengaku sempat ketakutan bila di jalan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Lambat laun, ketakutan tersebut menjelma jadi keberanian tanpa batas.
“Kuncinya cuma banyak vitamin, berdoa, dan lagu dangdut,” akunya dengan nada yakin. “Karena tanpa itu, kita (para supir) akan mudah sekali mengantuk dan enggak fokus
(mengemudi).”

Advertisement

Menjadi supir Pulau Indah Jaya, untuk seorang Maman, tak cuma sebatas profesi. Pulau Indah Jaya –di lain sisi– serupa ruang yang membuatnya mampu mengenali banyak wajah manusia, utamanya para perantau. “Ada (penumpang, Red.) yang tetap berkomunikasi sampai sekarang (dengan saya, Red.),” jelasnya. “Hubungan kami bahkan tak sekadar supir dan penumpang saja, tapi juga saudara.”

KONVENSIONAL: PO Pulau Indah Jaya kini juga bertransformasi dengan membuka layanan via digital./ Foto : Faisal

Perjalanan Maman sebagai pengemudi bus tak melulu bahagia. Beberapa kali dia mesti tersungkur, terlebih saat jumlah penumpang Pulau Indah Jaya yang terus menurun selama pandemi COVID-19 sehingga berimbas pada pendapatannya sebagai sopir. Namun, Maman percaya; sebagaimana roda bus, kehidupan terus berputar, kadang di bawah dan tak jarang di atas. Satu-satunya hal yang ingin dia lakukan adalah senantiasa memacu pedal gas dan menemani manusia-manusia yang tengah berupaya memenuhi harapan. “Belum kepikiran pensiun dari supir, selama fisik dan pikiran masih kuat, ya, gas aja” tukasnya.

Baca Juga  Seni Bercinta di Era Pandemi

PO Pulau Indah Jaya adalah penyedia jasa transportasi darat legendaris di Kalimantan. Berdiri sejak 1985, perusahaan ini bergerak melayani rute antar kota/provinsi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Penyedia jasa transportasi darat seperti ini, kerap diprediksi akan mengalami senjakala. Terlebih, tak hanya saat transportasi berbasis aplikasi hadir. Namun juga saat pandemi COVID-19. Faktanya, mereka mampu beradaptasi dan berubah.

Jika Anda melakukan pencarian digital, mungkin Anda akan terkejut melihat PO ini telah memiliki web bernama pulauindahjaya.com yang nangkring di list pertama mesin pencarian Google. Web ini menjadi wadah pemesanan tiket via online bagi pengguna jasa PO Pulau Indah Jaya yang kini juga menjangkau layanan via Play Store dan App Store. Fakta ini tentu saja merupakan hal baru bagi dunia transportasi konvensional di Kota Samarinda.

Menariknya, selain Pulau Indah Jaya, web ini juga menjadi wadah pemesanan tiket bagi pengguna jasa PO Samarinda Lestari dan PO Bintang Mas –dua pemain jasa transportasi darat lain yang masih bertahan di Pulau Kalimantan. Tercatat ada 8 trayek yang mereka buka dari dan menuju Kota Banjarmasin, Kota Balikpapan, Kota Samarinda, Kota Amuntai, Kota Bontang, Kota Tenggarong, Kota Martapura, dan Kota Barabai. Layanan jasa transportasi via web ini juga memungkinkan Anda untuk memesan bus secara online dengan fasilitas AC, toilet, TV, hingga free Wireless Fidelity atawa WiFi.

Advertisement

Laiknya jasa transportasi modern, PO Pulau Indah Jaya juga bertransformasi dalam proses transaksi. Jika 2 dekade lalu proses pembayaran hanya bisa dilakukan via tunai di loket resmi, kini pengguna jasa mereka bisa membayar menggunakan kartu kredit, transfer ATM, dan internet banking. Meski terlihat sederhana, web pulauindahjaya.com setidaknya menjadi bukti bahwa mereka juga telah berevolusi di era pandemi COVID-19. (fa)