Connect with us

Bontang

Perang Politik ke Pertarungan Politik

Published

on

BEKESAH.co – Peristiwa penting banyak terekam di 2019. Kisah bahagia, sedih, tawa dan amarah menjadi satu di tahun dengan tensi politik yang tinggi dalam pemilihan presiden, wakil presiden dan pemilihan wakil rakyat baik pusat dan daerah. Kebihnekaan terkoyak, politik identitas yang kental, korban jiwa berjatuhan sebagai tumbal dalam menegakkan pilar demokrasi dalam gelora reformasi.

2019 adalah tahun sejarah yang cukup berat dan bahkan sangat berat. Gesekan konflik horizontal karena perbedaan pilihan pada wakil rakyat dan presiden hampir saja mengorbankan keutuhan bangsa. Jika pemilihan presiden dan wakil rakyat hanya menyentuh pada perbedaan pilihan tentu tidak mengapa, tetapi semua itu harus diperuncing dengan isu-isu identitas, fitnah bahkan caci maki sudah biasa kita baca di media sosial.

Baca Juga  3 Fase Kopi Ubah Gaya Hidup Milenial Bontang

Tercatat 554 orang yang terlibat dalam proses pemilhan harus kehilangan nyawa pada Pemilu 2019, belum ditambah dengan kerusakan-kerusakan fasilitas publik, hilangnya kerukunan antar bangsa dan pecahnya indenpendensi para abdi negara. Kubu 01 dan 02 seolah menjadi “trending topic” yang menggilas dan “menghambarkan” pemilihan wakil rakyat dipusat dan daerah.

Tagar-tagar di media sosial bermunculan, para buzzer meraup untung, rakyat jelata menjadi korban dan keutuhan bangsa dipertaruhkan. Masyarakat Indonesia selalu menjadi potensi dalam penggiringan opini, berdasarkan data Program for International Student Assessment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 tingkat literasi rakyat Indonesia berada ranking 62 dari 70 negara , hal ini bisa terlihat bagaimana mudahnya masyarakat terjebak berita-berita hoax tanpa mengecek kebenarannya.

Baca Juga  10 Alasan Kamu Beruntung Tinggal di Bontang
Advertisement

Yang paling menyedihkan pada 2019  kasus asrama mahasiswa Papua di Surabaya. Di mana konflik meluas dan masif sampai ke tanah Papua. Beberapa daerah di Papua harus porak-poranda karena kerusuhan akibat berita hoaks yang menggerakkan masyarakat yang tidak paham akar masalah. Bahkan pemerintah harus melakukan blokir terhadap internet dan media sosial untuk menekan menyebarnya berita hoaks yang menyulut kerusuhan.

Sebanyak 22 orang meninggal sia-sia karena kerusuhan bahkan sampai warga pendatang harus keluar dari Papua imbas dari kerusuhan tersebut. 2019 harus saya katakan adalah “Perang Baratayudha” dalam medan perang politik yang apinya cukup untuk membakar emosi hampir semua anak bangsa.

Tapi lagi-lagi kita semua harus sadar bahwa tidak ada yang abadi dalam politik. Yang abadi hanya kepentingan, selama kepentingan terakomodir maka lawanpun bisa jadi kawan. Drama kolosal ini telah dipertontonkan bahwa pemenang merangkul yang kalah, sementara penyorak sudah terlanjur terluka, berdarah dan tercerai berai dalam membela.

Selesai perang akbar politik nasional,  kita menghadapi lagi perang politik skala daerah yaitu pemilihan kepada daerah. Kota Bontang tahun 2020 akan menghadapi pertarungan politik memilih walikota dan wakil walikota. Baliho sudah bertebaran dan terpasang ditiap sudut jalan. Wajah lama dan wajah baru menghiasi dengan rayuan maut bagi para pemilih.

Advertisement

Bontang adalah kota kecil yang dalam dinamika politik cukup sengit dalam perebutan kursi kekuasaan. Masih ingat sejarah pemilihan kepala daerah Kota Bontang tahun 2006 terdapat riak-riak konflik pasca pemilihan kepala daerah yang saat ini sepatutnya harus diwaspadai semua pihak.

Cukup sudah pemilhan presiden dan wakil presiden tahun 2019 menjadi pelajaran pahit dan berharga agar tidak terulang pada pemilihan kepala daerah Kota Bontang. Jika dahulu dinamika politik lewat kampanye hitam hanya melalui selebaran dan sms saja, sekarang media sosial sangat ampuh menggerakkan dan menggalang massa sehingga kejadian tahun 2006 bisa saja terulang jika tidak disadari semua pihak.

Sosok yang akan bertarung di dalam pemilihan kepala daerah juga diharapkan memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat melalui cara-cara yang beradap. Tidak dengan menyuburkan kampanye hitam dan money politik tetapi adu gagasan dalam mengembangkan Kota Bontang kedepan. Bursa calon kepala daerah sudah bermunculan satu persatu “menawarkan” diri dengan ide yang masih belum menawarkan sesuatu yang “wah”. Entah ini hanya sebagai alat promosi atau mencoba melihat respon pasar, tetapi setidaknya memberikan dinamika bahwa banyak yang tertarik untuk memajukan Kota Bontang.

Data Indeks Pembangunan Manusia yang dikeluarakan Badan Pusat Statistik tahun 2018 Kota Bontang memperoleh nilai 79,86 naik 0,41 dari tahun 2017. Hal ini tentulah sangat menggembirakan bahwa kualitas manusia di Kota Bontang dapat diharapkan menjadi perekat dalam perbedaan khususnya ketika ada pemilihan kepala daerah dimana masyarakat sudah terkotak-kotak dalam pilihan politik.

Advertisement

Perbedaan pilihan politik pada 2020 hal yang harusnya ditanggapi wajar dan biasa saja. Pemilhan kepala daerah adalah rutinitas lima tahunan dalam melihat kinerja dan harapan kedepan. Silahkan adu gagasan, adu program, adu inovasi dan adu argumen tetapi ingat adulah dalam kewarasan, karena sobeknya kerukunan di masyarakat sangat berharga untuk dipertahankan daripada hanya sekedar memilih kepala daerah.

Jangan sampai 2020 menjadi perang politik seharusnya menjadi pertarungan politik. Perang hanya akan membakar dan menghancurkan, tetapi pertarungan akan melahirkan sportifitas bagi petarung. Selamat tahun baru 2020. (Kurniawan)