Connect with us

Bontang

Kisah Ismail, “Oemar Bakri” Pulau Gusung Mengajar di Tengah Pandemi: Titip Soal ke Petugas Kebersihan Demi Siswa Tetap Belajar

Published

on

BEKESAH.co– Ismail tengah asyik duduk sembari menatap ponselnya. Telunjuk kanannya sibuk bergerak naik-turun di layar smartphone yang digenggam dengan tangan kiri.

Ismail sibuk mempelajari dan mencoba berbagai fitur di ponsel canggihnya. Ya, aktivitas ini sudah sekira tiga bulan terakhir dilakoni Ismail, salah satu guru di SDN 011 Bontang Utara.

Sejak pandemi Covid-19 melanda, bukan hanya perekonomian yang terhempas. Sektor pendidikan pun turut merasakan efek domino yang ditimbulkan.

Terlebih bagi Ismail, guru pesisir di Pulau Gusung. Tuntutan menggunakan pembelajaran sistem daring jadi tantangan besar baginya.

Advertisement

Jangankan berselancar di dunia maya, mengirimkan surel hingga menggunakan aplikasi meeting online, menulis pesan di smartphone pun dirasa masih kaku.

“Kita ini sudah tua, terkadang lambat memahami. Tidak bisa disamakan dengan mereka yang masih fresh,” ucap Ismail sembari tertawa.

Berbagai kendala pun mulai dihadapi Oemar Bakri Pulau Gusung ini. Mulai dari akses internet di pesisir Kota Bontang itu minim, smartphone yang jadi barang langka, ditambah lagi kemampuan orang tua siswanya sebatas menelpon dan mengirim SMS saja.

Terlepas dari itu, Ismail tidak menyerah begitu saja. Di tengah ketidakberdayaannya dalam situasi Covid-19 saat ini, pria kelahiran 17 Agustus 1967 itu tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang pendidik.

Advertisement

Apapun dilakukan agar murid-muridnya tetap bisa menerima materi pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

“Terkadang kita tentukan soal maupun materinya, baru nanti di sana (Pulau Gusung), ada kita punya tenaga kebersihan, biasanya kita panggil. Dia datang, soal dan materi kita berikan ke dia, kemudian dibagikan ke anak-anak yang ada di sana supaya proses belajar tetap berjalan,” kata Ismail.

Baca Juga  Pulau Gusung Makin Terkikis karena Abrasi, 300 Jiwa Terancam Kehilangan Tempat Tinggal

Hanya saja kondisi ini membuatnya tersadar akan satu hal. Anak pesisir juga harus melek teknologi. Ia bertekad, anak muridnya harus bisa menyesuaikan diri di era digitalisasi. Punya kompetensi di bidang IT.

“Itu wajib, tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kita harus berupaya mengimbangi, karena untuk zaman sekarang banyak kondisi yang menuntut harus menggunakan teknologi,” ujarnya.

Advertisement

Membuka kisah perjalanannya mengajar di tengah pandemi, membuat dia semakin merindu bertatap muka dan bercanda dengan bocah-bocah kecil di Gusung. Pun menegur mereka yang terkadang asyik bergurau di tengah pelajaran.

“Bagaimanapun canggihnya teknologi sekarang, tidak bisa disamakan bagaiman rasanya kalau kita bertemu langsung. Suasana kelas, itu yang kami rindukan,” terang Ismail.

Dua puluh tahun sudah, Ismail mengabdikan diri di SD pesisir Gusung. Selama itu pula ia harus menyebrangi lautan dengan perahu kecil selama 45 menit, demi memenuhi hasrat siswanya yang haus akan ilmu pengetahuan.

Semangat murid kecilnya, jadi motor penggerak baginya untuk setia dan tak mengeluh berjuang menemani langkah siswanya mengejar mimpi.

Advertisement

“Lebih berharga rasanya dan tak ternilai ketika kita bisa mengangkat anak-anak yang ada di pesisir. Suatu kebanggan bagi kami ketika anak-anak pesisir bisa melanjutkan pendidikan selanjutnya. Alhamdulillah, sudah ada anak kami yang melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Itu luar biasa, kadang-kadang kalau saya ngomong tentang ini, selalu pingin menetes air mata saya,” jelasnya dengar suara yang terdengar bergetar.

Menjadi pengajar di daerah pesisir memang bukan perkara mudah. Ia pun harus menghadapi pola pikir orang tua yang lebih memilih anaknya bekerja ketimbang belajar.

“Dulu itu banyak orang tua yang menyuruh anaknya bekerja daripada sekolah. Tapi sekarang itu sudah mulai terkikis, mereka sudah mulai welcome dengan pentingnya pendidikan,” pungkasnya.

Baca Juga  Mayat Pria Mengapung Ditemukan di Selambai Loktuan

Dipelupuk mata Ismail, besar harapan anak muridnya kelak menjadi generasi yang hebat nan berakhlak. Bisa memberikan manfaat.

Advertisement

“Kita ini sudah tua, mereka-mereka inilah yang akan melanjutkan dan menggantikan kita. Mereka generasi penerus bangsa, mereka itu yang kita harapakan, agar bisa menjadi anak-anak hebat, yang berguna bagi banyak orang, terutama agama, bangsa dan negara,” tutupnya.(*)

Penulis : Maimunah Afiah