Connect with us

Headline

Ini Bukti Batu Bara Masih Jadi Andalan di RI Pada 2050

Published

on

BEKESAH.co – Penggunaan energi fosil di Indonesia tidak benar-benar kiamat. Pada 2050 sumber energi Indonesia diperkirakan masih dari batu bara, minyak mentah, dan gas alam.

Menurut data Dewan Energi Nasional di dalam Outlook Energi Indonesia 2022, penggunaan batu bara, gas, dan minyak mentah masih mendominasi permintaan energi sampai 2032.

Terdapat dua skenario dalam prakiraan permintaan energi Indonesia yakni Business as Usual (BaU) yang menggunakan kebijakan eksisting dan skenario Optimis (OPT) yang menggunakan asumsi-asumsi menuju negara maju 2045 dan menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.

Dalam kondisi BaU, pada 2032 proporsi permintaan energi final paling banyak adalah energi fosil yang menguasai 73% pangsa pasar permintaan energi atau total 151 tonne of oil equivalent (ToE). Rinciannya adalah minyak mentah dengan 104 ToE, batu bara 26 ToE, dan gas alam 21 ToE.

Advertisement

Sementara itu pada pada kondisi optimis (OPT) menuju NZE pun permintaan energi fosil masih mendominasi dengan menguasai 65% permintaan energi final yakni dengan 162 Toe. Adapun permintaan minyak sebesar 88 ToE, gas alam sebesar 43 ToE, dan batu bara 31 ToE.

Menariknya adalah meskipun pada masa transisi, permintaan akan energi fosil jumlahnya malah meningkat pada 2032. Tepatnya meningkat 65,93% pada kondisi BaU dan meningkat 78% pada kondisi OPT jika dibandingkan dengan jumlah permintaan pada 2021.

Total Permintaan Energi Final Indonesia

Sumber : Dewan Energi Nasional

Hal ini menunjukkan bahwa peran energi fosil di Indonesia masih melekat, terutama peran minyak dan batu bara, meskipun berada pada masa transisi menuju bebas emisi.
Meskipun demikian dalam laporan International Energy Agency (IEA) bertajuk “An Energy Sector Roadmap to NZE in Indonesia” disebutkan bahwa pada 2050 permintaan energi fosil sudah mulai tergantikan oleh energi hijau seperti dari energi listrik, solid biomass, dan liquid biofuels.

Baca Juga  Dua Warga Bontang Barat Terciduk Miliki Sabu-sabu

Total permintaan energi fosil Indonesia pada 2050 diperkirakan sebesar 40% dari keseluruhan permintaan energi. Penggunaan gas alam menjadi paling besar menggantikan peran minyak mentah dan batu bara yang permintaannya kian susut.

Advertisement

Prediksi Pasokan dan Permintaan Energi Indonesia Hingga 2050

Sementara itu, total pasokan energi Indonesia pada 2050 masih akan didominasi oleh energi fosil yakni minyak, batu bara, dan gas alam yang jumlahnya lebih dari 60% dari total pasokan energi Indonesia, menurut IEA.

Fungsi batu bara Indonesia nantinya akan berganti karena permintaan energi dari batu bara akan terus susut seiring dengan NZE.

Salah satu alih fungsinya adalah konversi batubara menjadi bahan kimia untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar impor seperti LPG.

Advertisement

Saat ini sekitar 90% energi untuk rumah tangga berasal dari LPG, dimana 80% diimpor. Saat ini terdapat pabrik batubara-ke-metanol atau dimetil eter (DME) pada berbagai tahap pengembangan, dengan kapasitas untuk memproduksi hampir 7 Mt metanol/DME sebelum tahun 2030.

Senada dengan IEA, Direktur PT Bayan Resources, Alexander Ery Wibowo mengungkapkan, jika transisi energi benar-benar berakhir, dan komoditas batu bara sudah tidak dilirik, kemungkinan banyak yang beralih ke petrochemical.

“Masa depan industri batu bara setelah transisi energi berakhir sulit dijawab, tapi kelihatan saat ini bisa jadi industri petrochemical, ini yang terjadi di bidang pertambangan, batu bara,” jelas Alexander dalam Green EconomicForum2023, Senin, (22/5/2023).

Selain itu, CCUS sedang dijajaki untuk mengurangi emisi CO2 dari industri yang berkembang ini . Mengingat intensitas karbon batubara yang tinggi dan efisiensi proses yang rendah (~ 25% dalam konfigurasi proses sekali-terusan), gasifikasi batubara menjadi bahan kimia adalah proses yang sangat intensif karbon.

Advertisement
Baca Juga  55 Tenaga Kesehatan RSIB Yabis Negatif Rapid Tes Covid-19

Stakeholder proyek telah mengindikasikan bahwa melengkapi pabrik DME Muara Enim dengan CCUS dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 45% dibandingkan dengan pabrik tanpa CCUS, meskipun pabrik tersebut masih memiliki emisi yang signifikan.

Dapatkan update informasi Bekesah.co seputar Bontang dan Kalimantan Timur dengan bergabung di Whatsap grup ini. Cukup klik link di bawah ini

https://chat.whatsapp.com/L4DcfLR9YvdDkNKiF2cCPG

Advertisement