Connect with us


Sport

Buffon Bicara soal Kapan Pensiun dan Taktik Sarri

Published

on

Gianluigi Buffon turun pangkat sepulangnya dari Paris Saint-Germain. Posisinya sebagai kiper utama Juventus telah berpindah kepada Wojciech Szczesny.
Cukup wajar, mengingat performa Szczesny terbilang lumayan di musim lalu. Rata-rata kebobolannya menyentuh 0,714 per laga di musim lalu. Sebagai pembanding, catatan itu lebih baik dari rasio Samir Handanovic (1,15) dan Gianluigi Donnarumma (1,16).
Pertimbangan lain soal mutasi Buffon, ya, apalagi kalau bukan faktor usia. Kiper yang dibeli dari Parma itu telah menginjak 41 tahun.
Ssst..jangan ngobrol soal umur. Buffon bahkan belum resmi menegaskan kapan ia bakal pensiun. Terpenting, kiper yang sukses membawa Italia juara Piala Dunia 2006 itu masih menganggap dirinya sebagai komponen penting dalam skuat Bianconeri.
Memang, baru tiga kali Buffon manggung bersama Juventus di musim ini. Namun, tingkat kontribusi tak selamanya berbanding lurus dengan minimnya menit bermain.
Buktinya, Buffon memainkan peranan penting saat Juventus menaklukkan Bologna di pekan kedelapan. Tepatnya, saat melakukan penyelamatan ciamik di menit 90+3. Coba dia gagal menepis sepakan jarak dekat Federico Santander itu, posisi Juventus sebagai capolista dipastikan tergusur Inter Milan.
Ujung-ujungnya, pembahasan soal kapan dia pensiun pun muncul. Namun, pria yang memilih menjadi kiper karena terinspirasi eks kiper Kamerun, Thomas N’Kono, ini belum tahu kapan dia bakal gantung sarung tangan.
“Ketika saya menyadari bahwa saya tidak bisa bertanding seperti yang saya inginkan, saya akan berterus terang kepada klub bahwa semuanya sudah berakhir,” kata Buffon seperti dilansir Football Italia.
Sebelum hijrah ke PSG, Buffon telah memperkuat Juventus selama 17 tahun lamanya (2001-2018). Sederet gelar kolektif hingga gelar individu sukses ia raih dalam durasi tersebut. Paling fenomenal, ya, Scudetto dalam tujuh musim beruntun.
Bila ada satu hal yang kurang, itu adalah titel Liga Champions. Sudah tiga kali ia menembus partai final. Sayang, semuanya berujung kegagalan.
Buffon boleh optimistis pada kesempatan ini. Pasalnya, Juventus kini memiliki Cristiano Ronaldo, pemain yang sudah tiga kali merengkuh ‘Si Kuping Besar’.
Dengan pengabdian selama itu, Buffon sudah merasakan bimbingan macam-macam pelatih; dari eranya Marcello Lippi hingga Antonio Conte, lalu dari Massimiliano Allegri ke Maurizio Sarri. Buffon pun paham betul Sarri adalah sosok yang amat berbeda dari Allegri, terutama kalau bicara soal taktik.
“Anda bisa melihat sesuatu yang berbeda; kami mulai memainkan sepak bola ofensif secara konstan, sesuatu yang tidak kita lihat dalam beberapa tahun terakhir.”
“Kita akan melihat sistem ini bekerja secara penuh dalam dua bulan karena kami tidak bisa mengandalkan beberapa pemain penting dalam beberapa bagian awal musim ini,” kata Buffon.