Connect with us

Bontang

Anehkah Berharap Usai Melihat Fenomena Alam?

Published

on

BEKESAH.co – Warga Kota Bontang dihebohkan dengan fenomena unik, Kamis (2/4/2020) kemarin. Terlihat matahari berada di tengah lingkaran yang berbentuk seperti cincin. Beramai-ramai, mengabadikan momen ini dan memposting di sosial media.

Fenomema ini disebut Halo Matahari, fenomena alam yang muncul pada situasi tertentu. Tidak ada dampak yang ditimbulkan oleh fenomena ini. Halo Matahari hanya fenomena optik. Selain itu, menandakan cuaca baik beberapa jam ke depan. Karena tidak ada awan rendah dan menengah yang berpotensi menimbulkan hujan

Tidak hanya foto dan video yang banyak melintas di timeline media sosial. Ada caption ragam kata di dalamnya. Takjub, kaget hingga doa dihaturkan. Ditambah ketika menghadapi pandemi coronavirus saat ini, tidak sedikit netizen menyelipkan doa dan harapan.

“Semoga semua pertanda baik,” tulis akun Facebook bernama @Adnanolshop

Advertisement

“Semoga badai covid19 segera berlalu,” tulis FB @Andreas Yuddy Chris W

“Lekas membaik bumiku,” tulis @kaartini.d  dengan foto Halo dalam caption Instagramnya.

“Semoga semua corona musnah dari muka bumi,” kata akun FB @Nur Hidajati F Aamiin yang disusul reply “amin” sejumlah pengguna lain.

“Kami menerima kehadiranmu covid dan atas seizin Tuhan YME kami juga akan sangat menghargai kepergianmu dengan segera,” sebut akun IG @murdiansyah_mrt

Advertisement

Tidak Nyambung?

Apa yang salah ketika orang berdoa? Meski mesti dipicu suatu peristiwa, fenomena alam misalnya. Tidak sedikit pula orang yang menunjuk mereka yang berharap suatu musibah usai setelah melihat suatu fenomena alam dengan sebutan “tidak nyambung”, “mistis” dan sejenisnya.

Mengutip buku Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah karya Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, diceritakan dari riwayat Aisyah, bahwa pada masa Rasulullah SAW pernah pula terjadi gerhana matahari. Kemudian, dia mengerjakan shalat sunat bersama orang-orang. Beliau shalat sambil berdiri dan memanjangkan waktu berdirinya, lalu beliau rukuk dan memanjangkan pula rukuknya.

Baca Juga  Halau Sebaran Corona, Disdukcapil Bontang Imbau Warga Tunda Urus Dokumen Selama 21 Hari

Kemudian, beliau SAW berdiri kembali (bangkit dari rukuknya) dan memanjangkan berdirinya. Hanya saja, pada rukul selanjutnya tidak terlalu panjang seperti ruku’ pertama. Kemudian, beliau bersujud dan memanjang sujudnya dan melakukannya hingga dua rakaat.

Advertisement

Setelah itu, Nabi menyaksikan matahari yang telah muncul kembali. Sesudah itu, beliau memberikan khutbah di depan orang banyak dan memanjatkan pujian dan sanjungan kepada Allah, Diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim, bahwasannya saat itu Nabi SAW bersabda,

“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua (tanda) dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak juga karena kehidupan seseorang. Oleh karena itu, jika kalian melihat hal tersebut, hendaklah kalian berdoa kepada Allah, bertakbir, shalat, dan bersedekah.”

Nabi Muhammad SAW menunjukan sifat proporsional pada peristiwa di atas. Pertama, mengumandangkan bahwa matahari dan bulan adalah tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Kedua zat ini berfungsi penting pada siklus kehidupan. Dan kedua, Nabi menyatakan pandangannya yang tidak fatalistik karena menyatakan fenomena alam tidak berkaitan pada suatu perisitiwa tertentu, kematian misalnya.

Baik gerhana maupun halo adalah fenomena alam yang mempunyai syarat-syarat agar bisa terjadi. ”Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” (Ar-Rahman : 5).

Advertisement

Maka semua yang menakjubkan dan luar biasa pada matahari dan bulan menunjukkan akan keagungan dan kebesaran serta kesempurnaan Penciptanya. (*)

Penulis: Maimunah Afiah

Continue Reading
Advertisement